GENERASI EMAS PENERUS BANGSA
#LATEPOST
BEGINILAH POTRET “GENERASI EMAS PENERUS BANGSA” BERTUGAS
MELAYANI PARA PENGABDI BANGSA YANG AKAN SEGERA TERGGANTIKAN OLEH ANAK BANGSA
“GENERASI EMAS PENERUS BANGSA”.
DALAM RANGKA MENCARI KEGIATAN SEMBARI MENCARI UANG UNTUK MEMENUHI
DOMPET KAMI, PENGANGGURAN BARU LULUS “MUNGKIN”.
Sebenarnya bukan pengangguran,
tapi kami sedang menunggu panggilan. Entah panggilan apa. Kebetulan malam itu
pukul 22.00 saya diajak oleh teman saya “BIMA” untuk kerja paruh waktu. Karena
saya butuh, saya iyakan. Dan Bima mengajak 2 teman laki-laki saya Angga dan
Nasir. Saya tidak tahu jelas apa yang akan kami kerjakan esok hari. Bima bilang
membantu acara Buka Puasa Bersama, entah siapa yang berbuka puasa bersama. Kami
diminta untuk siap jam 7 pagi. Alhasil setelah sahur aku mencuri-curi waktu
untuk tidur. Karena malamnya aku tidak sempat tidur, begitu juga dengan Nasir
dan Bima. Mereka sama sekali tidak tidur.
Tepat pukul 7 pagi aku tiba di rumah Bima, menunggu
kedatangan Nasir yang tak kunjung muncul. Tak lama pukul 7 lewat 20 Nasir tiba
di rumah Bima. “kerjaan kita apa sih? Dimana? Sama siapa aja? Dari jam berapa?
Pulang jam berapa?” semua pertanyaan tidak pasti terjawab. Hanya 1 kami
membantu acara buka puasa bersama di Mabes Polri. Dalam benakku, mungkin kami
disuruh memotong sayuran, angkat piring dll. Pukul setengah 8 lewat kami
bergegas menuju TKP. Tak taunya bukan kita saja yang berangkat, masih ada
banyak teman Bima yang ikut juga. Tujuan menuju SMA 30, karena kami
diperintahkan untuk menunggu di belakang gedung sekolahnya. Sampai di SMA 30,
kami diam menunggu barisan depan memberi intruksi. Tak lama kami berbalik arah
menuju kompleks. Dan “WALAAAA” ramainya anak-anak seusia kami yang juga ikut
bekerja paruh waktu. Pasukan kami dipimpin oleh seorang perempuan, yaa sebut
saja “Cendana”. Mengapa Cendana? Karena ia mirip dengan kakak kami. “CENDANA SI
PETUALANG”.
Tiba di Mabes Polri, kami segerombolan anak-anak dengan 1
tujuan melangkah masuk, PNS disana terheran-heran, mengapa jumlah kami segini banyaknya.
Salah satunya bertanya padaku “ ko ramai banget ya, pada ngapain?” aku jawab “
ini bu, kita bantu catering”. Dan ia berlalu begitu saja tanpa kata. Cendana
memipin arah kami. Ke satu tenda “mungkin” basecamp kami. Oh salah ternyata
“Dapur”. Setelah menaruh tas, kami digiring ke depan. Dan sebut saja Cendana
memerintahkan untuk mulai bekerja. Apa yang kita kerjakan? Mengelap piring,
alat-alat makan, gelas dll, anak laki mengangkat gallon,menuang air, menata
alat makan. Sembari duduk aku berpikir. Yap “Perjuangan kami berempat,
khususnya diriku tentu belum ada apa-apanya. Mari kita berjuang dari awal untuk
menggenggam masa depan yang cerah, untuk memimpin bangsa ini, memimpin Negara
ini dan mereka yang nanti pukul 18.00 akan berbuka puasa, para petinggi.
Sebentar lagi akan kami gantikan. Ingat!!!! Perjuangan belum ada apa-apanya.
Bahkan, kami belum terhitung berjuang”.
Kalau dipikir, sedih juga mencari uang. Kami yang tadinya
elit tapi agak miris di Sekolah. Menjadi penjabat siswa di sekolah, mengurus
program-program sekolah. Ternyata mengalami kerja seperti ini walaupun hanya
sehari. Yaa sungguh pengalaman yang luar biasa dan akan menjadi berlembar
cerita di kisah perjalananku, perjalanan kami!
Selesai mengelap piring, sudah. Kami tidak bekerja sampai
nanti pukul 4 sore. Luntang lantung di Markas Polisi. Kantuk menghampiri tapi
apa daya hanya masjid yang ada. Masjid saja sudah cukup untuk dijadikan tempat
Ibadah dan tempat Istirahat sementara. Karena aku perempuan sendiri, jadilah
aku sendiri, terpisah dari 3 laki-laki itu. Lumayan lama di dalam masjid, aku
turun ke bawah untuk menemui mereka. Takut-takut sudah mulai kerja, ternyata
setelah di cek. Belum juga, akhirnya kami mencari Base Camp. Yap! Dapat,
dipojokan dekat tangga,dibawah rindangnya pohon. Dalam perbincangan, kami
tertawa lepas, menertawakan nasib dan apa yang sedang kita lakukan sekarang.
Daku berorasi menuntut keadilan bagi penerus bangsa. Terus berorasi dan ketiga
temanku hanya tertawa-tawa. Sembari bilang “orang gila”. Setelah itu kami
merencanakan untuk kabur dari sini, tak tahan menunggu. Rencana,rencana,rencana
ya sekedar rencana. Tidak terlaksanakan sampai pukul 4 tiba. Kami diberi
segaram dan hendak memakainya . pintu-pintu masuk sudah dipasang detector. Dan
kami masih tetap berencana untuk kabur, sampai – sampai kami keluar masuk
dapur. Siap-siap melaksanakan misi dan lagi-lagi hanya sekedar rencana.
Briefing menandakan sebentar lagi kami… sebut saja
“bertugas” padahal hanya mengantar makanan. Ditempati di dalam, round table dan
paling belakang. Aku tidak ingin ditempatkan di round table, begitu juga ketiga
temanku. Aku memilih untuk di belakang tapi tidak dengan Bima dan Angga. Mereka
di tempatkan di Round Table, melayani para tetamu sesohor yang mungkin “tidak
punya kak*” yaa tapi kami tau itu bagian dari tugas kami sekarang “melayani”.
Maka kami lakukan dengan baik dan ikhlas.
Bagianku dan Nasir hanyalah memungut alat-alat makan yang
kotor dan sampah-sampah makan mereka. Tak lama, Bima datang, ternyata Bima
dipindahkan di kita. karena meja yang ditunggunya tidak ada orang.
Tibalah waktu Magrib, semua tamu riang gembira meneguk
segarnya minuman yang disediakan, dan kami? Aku mencuri-curi kesempatan
mengambilkan beberapa air mineral untukku dan teman-temanku. Akhirnya kami ikut
berbuka, mereka makan hidangan, kami menunggu sampah makanan mereka untuk
dibersihkan. Sembari mengangkut sembari aku ke dapur untuk mengambil beberapa
potong kue untuk dimakan bersama teman-teman. resiko bekerja, begitulah orang
bekerja, harus siap dan ikhlas. Mereka
shalat, saat itulah kesempatan kami untuk memungut banyak sampah makanan.
Alangkah miris hati ini melihat banyaknya makanan-makanan lezat yang terbuang
bahkan ada yang masih utuh, ingin sekai aku bawa pulang, ku makan. Namun aku
takut itu akan menimbulkan masalah, semoga bangsa ini tidak dikutuk oleh sang
pencipta karena membuang makanan. Semoga bangsa ini dilindungi dan dijauhi dari
kata “kelaparan” amin. Tak lama, aku ambil beberapa kue yang masih utuh dan aku
bawa kebelakang. Kami makan bersama. Sebelum pukul 7 kami bergegas izin untuk
shalat. Setelah itu kembali melaksanakan tugas sampai tiba waktu 9 malam kami
pulang tanpa uang alias uang dihutang. Di tunggu sampai sabtu/minggu.
Dari cerita diatas, aku bercermin bahwa aku ini payah belum
ada apa-apanya. Mental dan fisikku masih lemah. Dan aku perlu lebih pelajaran
tentang kehidupan.
Sekian…..
Komentar
Posting Komentar